Selasa, Oktober 21, 2014

Petualangan Kecil Saat Datang Petang

Hari semakin petang, senja mulai menyelimuti hari. Lampu-lampu di lorong kampus mulai hidup, dan lalu lalang para mahasiswa reguler 2 sangat padat. Jam kuliah di hari sabtu itu telah usai.
Aku sedikit tergesa-gesa memburu waktu sambil menuruni anak tangga dari lantai 3. Dalam hati terus berharap masih ada bus yang bisa kunaiki untuk pulang.


Aku terus mempercepat laju kakiku hingga sampai di tempat aku biasa menunggu bus. Baru 5 menit aku menunggu, adzan maghrib berkumandang. Aku sedikit lega karena aku sedang menstruasi, jadi tidak perlu bolak balik ke masjid dan kembali ke tempat itu lagi. Ada seorang wanita menghampiriku, dia mulai menyapaku.
"Nunggu bus mbak?"
Kubuka masker penutup mulut dan hidungku , lalu menjawab, "Iya. Sampean juga?" 
"Gak mbak, saya nunggu jemputan." Dia membalas dengan senyum manis.
"oh..."
Sempat hening terasa di tempat itu karena tak ada mobil maupun motor yang berlalu-lalang, namun kadang mulai ramai terdengar suara kendaraan.

Aku terus mengarahkan pandanganku ke utara untuk melihat apakah masih ada bus untukku pulang. Setelah beberapa lama, saat para jamaah yang solat di masjid mulai keluar dari masjid, dan tak berapa lama wanita yang menyapaku tadi telah ada yang menjemput. Tak lupa ia berpamitan dulu denganku meski hanya dengan kalimat sedehana.

Perasaanku mulai tak tenang lagi, tak ada teman lagi disitu. Pikiranku mulai tak karuan dengan berbagai kemungkinan. Hari telah memasuki waktu malam, namun bus yang ku tunggu tak kunjung datang.

Beberapa menit kemudian seseorang muncul dari dalam showroom mebel. Di depan showroom itulah aku menunggu bus. Dan dia adalah seorang perempuan. Dan untunglah dia orang yang ramah, dia menggeserkan tempat duduk untukku agar aku bisa duduk, dan aku bisa sambil melihat apakah ada bus datang.

Percakapanpun mulai tercipta...
"Kuliah kok pulangnya sampai sore gini mbak?Kuliah apa?" Dia mulai bertanya.
"Tadi tugas mendampingi dosen di lab mbak." Ku jawab sembari tersenyum.
"oh, asisten dosen ya?"
"Iya mbak." Beberapa detik kemudian baru ku ajukan pertanyaan baru. "Mbak biasanya jam segini masih ada bus gak sih?"
Dia menjawab,"Masih mbak, tapi ya itu. Kadang ada, kadang tidak."
Jawaban itu membuatku sedikit merasa takut lagi kalau memang sudah tak ada lagi bus yang bisa kunaiki untuk pulang. Kami terus berbincang banyak hal, dia juga sempat bercerita tentang tempat kuliahnya dahulu.

Waktu yang ditunggu datang, ada sebuah bus yang cukup ku kenal tulisannya. Aku yakin itu bus yang aku tunggu. Aku bersegera berpamitan dengan wanita yang menemaniku tadi dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

Aku melambaikan tangan tanda memberhentikan bus itu, dan akhirnya berhenti. Aku kaget saat akan naik, ternyata hanya tertinggal supir dan kondekturnya. Spotan aku bertanya, "Boleh ikut gak pak?". 
Si kondektur menjawab dengan agak terburu-buru, "Ya udah, ayo ikut aja."
Perasaanku mulai kacau dan takut lagi, pasti sudah bisa dibayangkan kan takutnya seorang wanita naik kendaraan umum dan hanya seorang diri di dalamnya, sementara lainnya laki-laki, dan sangat sepi.

Si kondektur tiba-tiba bertanya,"mau turun dimana mbak?"
"Kalinyamatan pak." aku menjawab lugas namun sedikit bergetar.

Kupikir tak ada masalah karena kondektur itu tak berbicara lagi, namun beberapa menit kemudian dia berbicara. "Ini cuma sampai bunderan Ngabul mbak."
"Aduh..."Spontan aku mengeluh. Namun aku meneruskan biacaraku, "Ya sudah, gak papalah pak.." Dalam hatiku berkata, "itu masih jauh banget dari rumahku pak. Arrgh...."

Akhirnya tiba di suatu tempat, seperti tempat parkir bus. Dan supir busnya pun  membelekkon stir dan mulai memarkir bus ke tempat itu. Tempat itu berjarak sekitar 20m dari Bunderan Ngabul.
"Lha kok malah disini?" hatiku bergumam.
"Tak parkir dulu mbak, jangan turun dulu." Suara supirnya pun tiba-tiba terdengar. Ternyata supir bus itu masih muda. 
Aku menenangkan diriku dan mencoba menghalau semua pikiran negatif akan apa yan mungkin akan terjadi.

Setelah parkir selesai, aku turun dan sopir itupun juga turun. Dia memulai percakapan lagi denganku, "Rumahku gotri mbak, ayo nunggu bus bareng. Aku biasanya naik motor mbak, tapi karena hari ini aku bangun kesiangan, jadi aku langsung berangkat bawa bus nya."
Dengan sedikit agak takut dan grogi, aku mengiyakan saja. Dia mulai bercerita banyak hal. Dulunya dia pernah kuliah, namun tak sampai lulus. Sementara kakak dan adiknya ternyata juga kuliah di kampus yang sama tempatku kuliah. 
Karena lama menunggu, dia mengajakku jalan beberapa menuju Bunderan Ngabul, Namun belum sampai disana. Tiba-tiba ada mobil Travel yang berhenti di depan kami. Ternyata itu mobil travel yang dikendarai oleh temannya. Temannya turun dari mobil dan mengajaknya naik. Segera sopir bus yang bersamaku tadi mengajakku untuk naik. Aku sedikit ragu, karena dalamnya penuh orang ternyata. Namun setelah orang di dalamnya pindah-pindah posisi, akhirnya ada satu bangku yang bisa ku duduki. Dan sopir bus tadi duduk di belakang jok depan, yang cukup bisa untuk diduduki, meski sebenarnya tak nyaman. Kami saling berhadapan duduknya. "Ah ini bukan posisi yang nyaman bagiku". Gerutu dalam hatiku.

Segera setelah kami duduk, mobil melaju kencang. Menit demi menit berlalu, berharap aku segera sampai di tempat tujuanku. Ternyata di dalam mobil travel itu semuanya laki-laki. Ini membuatku semakin tak nyaman.
Namun aku bersyukur, karena dari tampilan mereka, mereka adalah orang baik-baik. Mereka berpeci putih dan mengenakan sarung serta baju koko. "Semoga tampilan itu tak menipu.", harapku.

Sepanjang perjalanan, aku lebih sering memandangi kaca sebelah kiriku. Sambil menghindari kontak dengan supir bus itu. Dalam hati aku berpikir, "Untunglah supir bus yang masih muda ini baik, sempat tersenyum saat berbicara padaku namun terasa aneh. Aku takut senyum itu menyimpan niat buruk, namun sepertinya tidak. Aku akan segera sampai. Terimakasih mas sopir,hehe..."

Dan sekitar 25 menit, akhirya aku sampai di tempat aku biasa turun dari bus. 
Tak lupa sebelum turun ku ucapkan terimakasih pada supir bus itu, dan temannya yang mengantarku pulang. Ku pandangi beberapa wajah dalam mobil travel itu yang menengok padaku saat berpamitan. Terutama supir mobil travel itu. Terimakasih mas...
Alhamdulillah, syukurku pada-Nya yang masih melindungiku hingga sampai kerumah.

Ini pengalaman yang cukup mengesankan bagiku, ada banyak hal yang bisa aku petik dari kejadian ini. Semoga Allah selalu melindungi aku dan kalian yang mungkin sedang menunggu angkutan umum sendirian....

:D



0 komentar:

Posting Komentar