Sabtu, April 29, 2017

Sleeping Sad


Angin berhembus sendu dari luar jendela kamarnya. Menerpa pipi dinginnya yang menghangat karna hujan di ujung matanya. Setiap berapa detik air matanya mengalir deras, dan bibirnya bergetar. Nafasnya terdengar cukup keras, seakan ada yang tertahan di dadanya. Kasur empuk dan bantal di peluknya sudah seperti sandaran nyaman untuk tubuh lemahnya, namun lebih lemah hatinya saat itu.  


Matanya terpejam dan terbuka, ia diantara sadar dan lelap. Namun hatinya tetap terasa porak poranda oleh kenyataan. Ia memilih tertidur lelap berharap mimpinya mampu menghapus kepahitan kenyataan. Yang ia tahu mimpi selalu lebih indah dari kenyataan yang harus ia hadapi. Lama-lama ia terlelap, kamarnya hening dan nafasnya mulai teratur. Detik jam dinding terdengar seperti hitungan waktu mundur yang mengantarnya pada sebuah mimpi. Pipinya masih basar oleh air mata dan mulai mengering oleh angin lembut disekitarnya yang bagai menjelma seperti usapan manja malaikat penjaganya.

Minggu, April 02, 2017

2 pm, 2 am

Dua hari yang selalu ia tunggu dalam seminggu
Dua hari yang selalu ia harapkan mekar bak mawar
Dua hari yang selalu ia impikan jadi waktu terbaiknya
Dua hari yang selalu ia harapkan menjadi sumber menulis sajak di dirinya

Ia menyimpan dua harapan di dua hari itu
Ia menyimpan dua hari untuknya yang istimewa
Ia tersenyum sepanjang waktu di dua hari itu
Ia bahkan tak membenci malam dua hari itu yang biasanya sunyi menyesakkan