“Apa Kita Jodoh?”
Kata
itu beberapa kali melintas di benakku setelah aku selesai membaca novel
berjudul “JODOH” karya Fahd Pahdepie. Menurutku ceritanya menarik, seru dan
konfliknya juga tidak membuat pembaca bosan, serta akhir ceritanya cukup
membuat aku berkata “wah akhirnya, ini yang dimaksud jodoh olehnya”. Selain itu
yang membuat menarik adalah sinopsis dari novel ini sendiri.
Apa itu Jodoh?
Barangkali imajinasimu tentang jodoh dan belahan jiwa
begitu sederhana: di tepi pantai, kau mengandaikan ada orang disana, yang
tengah menunggumu untuk berlayar.
Namun di saat yang sama, terkadang kau justru meragu
sehingga sering kali hanya bisa menunggu, mendambakan orang yang kau
nantikanitu akan lebih dulu merakit sampannya, mengayun dayungnya, dan
mengarahkan kompasnya untuk menjemputmu.
Tetapi laut, ombak dan isinya, selalu menjadi misteri
yang tak terduga-duga, bukan? Orang yang kau sangka belahan jiwa sering kali
hanyalah perantara, atau justru pengalih perhatian dari belahan jiwamu yang
sesungguhnya.
Ini adalah kisah seorang laki-laki dan perempuan, yang
memutuskan untuk berlayar—jauh sebelum mereka mengenal ketakutan; jauh sebelum
mereka bisa membaca arah atau menebak cuaca; bahkan jauh sebelum mereka
disibukkan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang waktu, takdir, cinta dan jodoh
itu sendiri.
Jika
aku sendiri yang mendapat pertanyaan itu aku juga pasti akan bungkam dan tak
mampu berkata apa-apa. Yang aku tahu kita bukanlah siapa-siapa sekarang, kita
yang akhir-akhir ini hanya sesekali menyapa, sambil menahan perasaan kita
masing-masing untuk menjawab beberapa tanya yang sempat kau ajukan.
Aku
sebenarnya takut harus bernostalgia kembali dengan barisan memori dan kenangan
tentangmu dulu. Meski kisah itu bukan kisah yang sempurna untuk diceritakan, ia
tetap jadi kenangan berharga dan indah bagiku. Aku ingat bagaimana keringat
mengucur deras di dahiku saat pertemuan malam itu di rumah seorang teman kita.
Kau
tahu, dalam hatiku sering berharap kita akan berjodoh. Namun aku merasa ini
harapan yang terlalu dini. Harapan yang cukup berbahaya bagi hatiku yang lemah
karena terlalu mengharapkanmu sejak beberarapa tahun terakhir ini. Bertahan
dalam penantian tanpa kepastian, sungguh tak mudah. Menjalani hari dengan tetap
membawa namamu dalam otakku setiap hari, setiap waktu, dan meski tahun telah
berganti ia tetap sama.
Tapi
mungkin kita memang berjodoh. Kita berjodoh karena pernah dipertemukan dengan
perasaan yang sama, pernah saling mengisi hari bersama, pernah saling berbagi
cerita, kesedihan, kebahagiaan, dan sekedar menyandarkan hati ketika lelah
menyapa. Meski akhirnya senja memisahkan kita, dan perasaan itu aku tak pernah
tau masih tetap sama dengan punyaku atau tidak.
Iya
meskipun aku tak pernah tahu nanti kita akan bisa berjodoh di pelaminan juga,
saling memadu kasih sebagai seorang suami dan istri, tinggal serumah di sebuah
rumah kecil dengan anak-anak yang manis dan soleh atau tidak. Iya sepertinya
kita juga sama, kita masih berjuang diantara waktu, takdir, cinta dan jodoh itu
sendiri. Tiada yang tahu selain Dia yang telah menuliskan cerita kita nanti.
0 komentar:
Posting Komentar