Sabtu, Januari 02, 2016

Apa Kita Jodoh?



“Apa Kita Jodoh?”

Kata itu beberapa kali melintas di benakku setelah aku selesai membaca novel berjudul “JODOH” karya Fahd Pahdepie. Menurutku ceritanya menarik, seru dan konfliknya juga tidak membuat pembaca bosan, serta akhir ceritanya cukup membuat aku berkata “wah akhirnya, ini yang dimaksud jodoh olehnya”. Selain itu yang membuat menarik adalah sinopsis dari novel ini sendiri.

Apa itu Jodoh?

Barangkali imajinasimu tentang jodoh dan belahan jiwa begitu sederhana: di tepi pantai, kau mengandaikan ada orang disana, yang tengah menunggumu untuk berlayar.

Namun di saat yang sama, terkadang kau justru meragu sehingga sering kali hanya bisa menunggu, mendambakan orang yang kau nantikanitu akan lebih dulu merakit sampannya, mengayun dayungnya, dan mengarahkan kompasnya untuk menjemputmu.
Tetapi laut, ombak dan isinya, selalu menjadi misteri yang tak terduga-duga, bukan? Orang yang kau sangka belahan jiwa sering kali hanyalah perantara, atau justru pengalih perhatian dari belahan jiwamu yang sesungguhnya.

Ini adalah kisah seorang laki-laki dan perempuan, yang memutuskan untuk berlayar—jauh sebelum mereka mengenal ketakutan; jauh sebelum mereka bisa membaca arah atau menebak cuaca; bahkan jauh sebelum mereka disibukkan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang waktu, takdir, cinta dan jodoh itu sendiri.

Jika aku sendiri yang mendapat pertanyaan itu aku juga pasti akan bungkam dan tak mampu berkata apa-apa. Yang aku tahu kita bukanlah siapa-siapa sekarang, kita yang akhir-akhir ini hanya sesekali menyapa, sambil menahan perasaan kita masing-masing untuk menjawab beberapa tanya yang sempat kau ajukan.

Aku sebenarnya takut harus bernostalgia kembali dengan barisan memori dan kenangan tentangmu dulu. Meski kisah itu bukan kisah yang sempurna untuk diceritakan, ia tetap jadi kenangan berharga dan indah bagiku. Aku ingat bagaimana keringat mengucur deras di dahiku saat pertemuan malam itu di rumah seorang teman kita.

Kau tahu, dalam hatiku sering berharap kita akan berjodoh. Namun aku merasa ini harapan yang terlalu dini. Harapan yang cukup berbahaya bagi hatiku yang lemah karena terlalu mengharapkanmu sejak beberarapa tahun terakhir ini. Bertahan dalam penantian tanpa kepastian, sungguh tak mudah. Menjalani hari dengan tetap membawa namamu dalam otakku setiap hari, setiap waktu, dan meski tahun telah berganti ia tetap sama.

Tapi mungkin kita memang berjodoh. Kita berjodoh karena pernah dipertemukan dengan perasaan yang sama, pernah saling mengisi hari bersama, pernah saling berbagi cerita, kesedihan, kebahagiaan, dan sekedar menyandarkan hati ketika lelah menyapa. Meski akhirnya senja memisahkan kita, dan perasaan itu aku tak pernah tau masih tetap sama dengan punyaku atau tidak.

Iya meskipun aku tak pernah tahu nanti kita akan bisa berjodoh di pelaminan juga, saling memadu kasih sebagai seorang suami dan istri, tinggal serumah di sebuah rumah kecil dengan anak-anak yang manis dan soleh atau tidak. Iya sepertinya kita juga sama, kita masih berjuang diantara waktu, takdir, cinta dan jodoh itu sendiri. Tiada yang tahu selain Dia yang telah menuliskan cerita kita nanti.

0 komentar:

Posting Komentar