Rabu, Desember 28, 2016

Melepaskan dan Dilepaskan

Kamu memilih yang mana? Melepaskan atau dilepaskan? Kamu pernah merasakan keduanya?
Mana yang lebih berat? Mana yang lebih sakit?

Ini bukan masalah siapa yang lebih sakit diantara keduanya, aku yakin semua sama-sama sakit dengan kadarnya sendiri-sendiri. Semua harus menerima resiko kenyataan pahit dengan kadarnya sendiri-sendiri. Hanya saja porsi dan cara menanggapi kehilangan itu yang mungkin akan berbeda dari setiap kita. 

Mungkin kebanyakan akan merasa lebih sakit jika harus merasakan dilepas oleh orang yang kita cintai. Entah dengan alasan yang masuk akal namun kita tak mampu menerima, atau bahkan alasan yang tak masuk akal sama sekali. Dan terkadang akan lebih menyakitkan jika kita dilepas dengan alasan yang tak pernah kita ketahui sampai sekarang.

“Karena yang gagal terungkap, yang selalu menjadi alasan hati semakin patah menjadi-jadi.”

melepaskan,dilepaskan
Bertahan. Semua pasti pernah merasakan bertahan, untuk mempertahankan apa yang ia yakini, bahwa semua badai dalam dirinya akan berlalu, bahwa pelangi itu akan muncul diantara mereka berdua, bahwa gelap malam akan tetap terang jika dengannya, bahwa pagi adalah awal yang indah jika senyumnya terbit.

Namun bertahan juga terkadang berarti bahwa kau harus siap berlama-lama menyakiti diri sendiri. Karena mungkin bagimu melepas adalah menyakiti orang lain, dan kau akan semakin merasa sakit jika kau tak mampu memaafkan dirimu sendiri karena ini. Coba ajak bicara egomu, agar ia tau diri juga. Semua memang akan merasakan sakitnya sendiri-sendiri, kau harus pandai menangani dan melihatnya dari sisi yang paling bijak.

Seperti apa yang selalu aku percayai, apa yang dilepas dan ia kembali, itu adalah memang sesuatu yang ditakdirkan untuk kita. Namun jika ia tak kembali, Tuhan pasti sedang ingin memberi kita hal yang lebih baik. Melepas atau dilepas yang artinya kita kehilangan adalah hal yang pasti terjadi dalam hidup. Karena kita sejatinya tak pernah benar-benar memiliki. 

“Saat aku merasa memiliki pagi di hari ini, namun nyatanya hari berganti petang. Dan esok, entah apakah aku masih memiliki pagi atau tidak. Tapi datangnya pagi, aku takkan lupa syukuri, dan saat petang datang aku akan segera merelakan untuk melepas sang terang.”

#Tak selalu tegar, tapi Tuhan menyuruhku agar lebih kuat


0 komentar:

Posting Komentar