Minggu, Agustus 27, 2017

Uang Panai’ Bukan Untuk Membeli Kami



Uang panai’, mungkin sudah ada yang pernah mendengar ini. Sebab tradisi ini cukup kontroversional bagi sebagian orang, karena banyak membuat pasangan yang saling mencintai akhirnya gagal menikah. Sebab tuntutan uang Panai’ yang begitu mahal, dan pihak laki-laki tak mampu mengabulkannya. Sebelumnya, mari saya sedikit jelaskan artinya sekaligus asal usulnya sahabat. 

Uang panai’ adalah sejumlah uang yang diberikan oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita yang merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap norma dan strata sosial. Uang panai’ tidak termasuk mahar yang diberikan calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita. Uang panai’ digunakan sebagai uang adat namun sudah dianggap sebagai kewajiban dengan jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak atau keluarga. Sebenarnya adat seperti itu bukan hanya milik orang Bugis-Makassar, tapi ada juga yang serupa di suku Nias, Banjar, dan lainnya. Mereka menyebutnya “Jujuran”. Di tempat lain ada juga yang menyebutnya dengan “seserahan”. Adat ini sudah ada jauh sebelum agama Islam masuk ke Indonesia. (sumber: kaltimoke.com)

Senin, Agustus 21, 2017

Tentang Kesyukuran

“Jika hatimu tak kau penuhi dengan kesyukuran, maka kau sebenarnya dekat dengan kekufuran.”
Dalam Al-Qur’an Allah telah menjelaskan, barang siapa yang mau bersyukur, maka Allah akan tambahkan nikmat. Namun jika sebaliknya, Allah telah memperingatkan tentang adzab nya yang pedih. 

Minggu, Agustus 13, 2017

Perjalanan Seperempat Abad



Sudah berapa lama kamu mendiami bumi ini? Menatap pagi dan melewati malam sunyi?Dari mulai lemah tak berdaya, dan apa-apa harus ibu, sampai kau mampu berjalan dan berlari bahkan melompat tinggi? Mulai mengerti nama benda sekitar satu persatu sampai bisa menggunakannya dengan baik sekarang. Merasakan membosankannya sekolah dan PR, merasakan bahagianya hari libur semester yang panjang, hingga lelahnya bekerja mencari uang?
 Aku pernah melewati semua itu. Dan aku memasuki masa seperempat abad usiaku. Ketika semua hal bisa menjadi rumit, aku menjadi berhati-hati untuk setiap keputusan, untuk cita-cita yang masih aku rintis atau bahkan belum juga aku memiliki kesempatan sama sekali mewujudkannya.