Uang
panai’, mungkin sudah ada yang pernah mendengar ini. Sebab tradisi ini cukup kontroversional
bagi sebagian orang, karena banyak membuat pasangan yang saling mencintai akhirnya
gagal menikah. Sebab tuntutan uang Panai’ yang begitu mahal, dan pihak
laki-laki tak mampu mengabulkannya. Sebelumnya, mari saya sedikit jelaskan
artinya sekaligus asal usulnya sahabat.
Uang
panai’ adalah sejumlah uang yang diberikan oleh calon mempelai pria kepada
calon mempelai wanita yang merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan
terhadap norma dan strata sosial. Uang panai’ tidak termasuk mahar yang
diberikan calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita. Uang panai’
digunakan sebagai uang adat namun sudah dianggap sebagai kewajiban dengan
jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak atau keluarga. Sebenarnya adat
seperti itu bukan hanya milik orang Bugis-Makassar, tapi ada juga yang serupa
di suku Nias, Banjar, dan lainnya. Mereka menyebutnya “Jujuran”. Di tempat lain
ada juga yang menyebutnya dengan “seserahan”. Adat ini sudah ada jauh sebelum
agama Islam masuk ke Indonesia. (sumber: kaltimoke.com)
Sedangkan
asal usulnya waktu itu adalah pada saat zaman Belanda dahulu ada seorang gadis
Bugis yang dinikahi oleh seorang pemuda Belanda. Namun setelah itu dengan
mudahnya ia menikahi wanita lain yang lebih cantik, sehingga itu sangat
menyakitkan bagi gadis Bugis tersebut dan orang-orang Bugis lainnya. Sejak saat
itu, orang Bugis merasa khawatir dengan nasib anak perempuannya yang mungkin
akan menjadi sama dengan cerita gadis Bugis di atas. Karena itulah, maka orang
tua si gadis mensyaratkan sejumlah uang yang cukup besar untuk dipenuhi si
pemuda untuk bisa meminang si gadis. Dan setelah bertahun-tahun ia merantau, ia
dapat menghasilkan sejumlah uang sesuai yang diinginkan pihak orang tua gadis. (sumber:
kaltimoke.com)
Namun
uang panai’ yang saya sebutkan dalam artikel ini hanyalah perumpamaan saya untuk
menyebut semua pemberian uang atau barang yang di syaratkan oleh pihak
perempuan kepada pihak laki-laki untuk dapat dipenuhi sebelum meminang si perempuan.
Persyaratan
dari cerita tersebut sebenarnya adalah sebuah pelajaran, yakni menghargai
wanita, karena wanita memang sangat mahal untuk disakiti. Apalagi sang pemuda
itu mendapatkan istrinya dari hasil jerih payahnya sendiri itulah sebabnya ia
begitu menyanyangi istrinya. Jadi mahalnya mahar gadis Bugis-Makassar bukanlah
seperti barang yang diperjual belikan, namun sebagai bentuk penghargaan kepada
sang wanita. Jadi disini makna sebenarnya, sebuah “Penghargaan”.
Budaya
seperti uang Panai’ memang bukan hanya berlaku bagi suku Bugis. Banyak budaya
lain di Indonesia yang mengharuskan si pihak laki-laki untuk memberikan
sejumlah uang atau seserahan berupa barang tertentu untuk syarat pernikahan. Dan
kebanyakan juga merupakan bentuk penghormatan dari pihak laki-laki untuk pihak
perempuan agar bisa memberikan pesta pernikahan yang megah untuk putri
kesayangan si orang tua pihak perempuan. Alasan lainnya adalah karena setelah
menikah, orang tua dari pihak perempuan harus rela anak perempuannya menjadi
tanggung jawab si laki-laki yang dinikahinya, dan sepenuhnya melepaskan
kehidupan putrinya untuk diatur oleh suaminya nanti.
Terkadang
saya suka membayangkan bagaimana perasaan ayah dan ibuku saat melepaskanku
untuk dapat dinikahi seorang laki-laki nanti. Saya suka memperhatikan ibuku
yang selalu saja gelisah jika salah satu anaknya tak berada di rumah, meski itu
kakak saya yang notaben-nya adalah seorang laki-laki yang di luar sana pasti
lebih mampu menjaga diri.
Ada
yang bilang, nikah itu mudah, tapi adat dan tradisi membuat pernikahan menjadi
mahal. Jika dipikirkan kembali, pernyataan itu kiranya benar. Bahkan dalam
islam hanya satu hal yang wajib dibayarkan seorang laki-laki saat menikahi
seorang perempuan, yaitu mahar. Dan dalam sebuah hadits di jelaskan bahwa perempuan
yang paling banyak berkahnya adalah ia yang meminta mahar sedikit. Sehingga kita
sebagai seorang perempuan tidak disarankan untuk meminta mahar yang memberatkan
pihak laki-laki.
Namun
kemudahan itu juga tak seharusnya digunakan sebagai dalih bagi seorang
laki-laki untuk tidak memberikan hal yang layak ia berikan pada seorang yang
dicintainya. Apalagi di saat spesial untuk mereka berdua. Selain itu juga untuk
meyakinkan orang tua pihak perempuan bahwa si laki-laki benar-benar mencintai
anak perempuannya sehingga rela mengorbankan banyak hal termasuk materi untuk
membahagiakan putrinya, dan nantinya juga yang akan bertanggung jawab untuk menggantikan
tugas mereka sebagai orang tua si perempuan.
Orang
tua manapun pasti tak akan rela melihat anak perempuannya hidup bersama laki-laki
yang bahkan untuk meminta anak perempuannya ia tak mau berjuang dan
bersungguh-sungguh mendapatkannya. Sejumlang uang atau barang yang disyaratkan
untuk dipenuhi si laki-laki bukanlah untuk membelinya, namun untuk mengingatkan
perjuangan si laki-laki agar tak menyerah dan menyia-nyiakan si perempuan suatu
hari nanti.
*Semoga
dapat membuka sedikit pandanganmu sahabat... semoga bermanfaat*
0 komentar:
Posting Komentar