Sudah berapa lama kamu mendiami
bumi ini? Menatap pagi dan melewati malam sunyi?Dari mulai lemah tak berdaya, dan apa-apa
harus ibu, sampai kau mampu berjalan dan berlari bahkan melompat tinggi? Mulai
mengerti nama benda sekitar satu persatu sampai bisa menggunakannya dengan baik
sekarang. Merasakan membosankannya sekolah dan PR, merasakan bahagianya
hari libur semester yang panjang, hingga lelahnya bekerja mencari uang?
Aku pernah melewati semua itu. Dan aku
memasuki masa seperempat abad usiaku. Ketika
semua hal bisa menjadi rumit, aku menjadi berhati-hati untuk setiap keputusan,
untuk cita-cita yang masih aku rintis atau bahkan belum juga aku memiliki
kesempatan sama sekali mewujudkannya.
Rasanya ini masa-masa aku memang harus berjuang menatap
dunia sendiri, di mana pagi sering menjadi waktu yang paling memuakkan untuk ku
temui, namun aku harus bangkit agar siang dan malam bisa ku lalui. Lantas
malam menjadi waktu bersarangnya insomnia, selalu memeluk diri yang penat akan pekerjaan
seharian. Rasanya lelah, namun mata tak mudah terpejam. Di atas ranjang dan
kasur yang tak terlalu empuk,
punggungku memang merasa lebih nyaman dari keadaan seharian, namun pikiran tak
pernah bisa menjadi senyaman punggungku di malam hari. Ia lebih rewel. Ia
menangis dan berlarian mencari jalan keluar dari keresahan kejadian seharian.
Bahkan kadang barisan kenangan dari masa lalu menyerbu dan membuat panik
seluruh saraf otakku.
Lalu hatiku bergetar, anehnya ia
menjadi sering merasa sedih. Lalu, entah siapa yang memerintahkannya, dua bola
mata ini mengeluarkan air mata.
Otak atau hati? Atau mereka sedang berdebat lantas kedua
bola mataku menjadi bereaksi?
Aku terkadang tak mengerti dengan diriku sendiri. Seperti
di masa-masa ini dimana aku terkadang tak tahu apa yang benar-benar aku
inginkan. Lalu aku diam dan merasa tersesat. Aku melewatinya sendiri dengan
tangis yang tersembunyi dibalik tertawaku yang kadang terdengar amat keras. Aku
menjadi pandai melakukannya untuk beberapa kali. Lalu aku menyadari, aku terkadang cukup munafik dengan
hidup ini.
Di masa ini aku lebih berhati-hati, terkadang aku
menjadi cukup lama untuk berfikir sebelum memutuskan sesuatu. Setiap datangnya
ulang tahun, aku mulai mengevaluasi setiap pencapaian di tahun itu. Jika di
tahun itu tak terealisasi, lalu aku selalu berjanji pada diri untuk bisa
mewujudkannya di hitungan umur selanjutnya. Dan di seperempat abad ini begitu
banyak yang juga masih belum terealisasi dari rencana-rencana tahun sebelumnya.
Terkadang aku mulai bosan mengejarnya. Lalu membiarkan diriku melupakannya
perlahan-lahan. Dan menikmati apa yang sudah ada disekitarku sekarang.
Sahabat dan teman bermainku juga berkurang setiap waktu.
Karena masing-masing kami sedang fokus meniti jalan kesuksesan menurut definisi
kami. Dan aku bertemu partner-partner baru dalam melakoni pekerjaan dan peran
baruku sebagai orang yang mulai dewasa. Dan kebanyakan dari mereka terasa tak
asik lagi, dan menyadari inilah kehidupan orang dewasa.
Masa ini membuatku merubah definisi hal yang lainnya.
Seperti cinta. Bagiku, cinta bukan lagi tentang aku mencintaimu dan harus
bersamamu. Tapi cinta adalah ia yang berani berkomitmen lalu bertanggung jawab
dengan kata cintanya lalu aku akan mencintaimu, mendukungmu sepenuh hati, dan
duniaku akan menjadi kamu. Pernah aku mencintaimu, namun semesta tak
mendekatkanku padamu, aku memang pernah menangisinya. Namun aku percaya luka
takkan abadi. Aku tak keberatan kehilanganmu. Meski rasa itu masih saja enggan
pergi dari benakku sementara raga dan kabarmu tlah menjelma sepi dan rindu tak
terobati.
Namun dalam hati selalu percaya. Tuhan menciptakan
setiap insan berpasang-pasang. Setiap pertemuan sepasang kekasih yang tlah
tertulis dalam takdir-Nya pasti akan tiba jua. Ia nanti akan menjadi pasangan
yang tak akan pergi sesuka hati apapun keadaanku. Lalu kami akan berjanji
bersatu lagi di surga indah-Nya sang Ilahi pemilik alam ini. Dalam doaku, namamu
akan selalu aku sebut untuk dunia dan akhiratku nanti.
Perjalanan seperempat abad
terlihat panjang namun serasa singkat. Meninggalkan masa kecil penuh
kebahagiaan dengan jam main hampir seharian, masa indah remaja dengan cerita
cinta manis masa putih abu-abu, masa kuliah penuh perjuangan menemukan jati
diri, dan masa berat memasuki dunia kerja yang kata orang-orang memang kejam. Selamat
datang di dunia orang dewasa. Semua dinilai dengan logika dan kenyataan.
Perasaan baiknya tak lagi ada di garda terdepan. Ia harus seirama dengan
logika. Karena cengeng tak mungkin lagi menjadi label bagi orang dewasa.
0 komentar:
Posting Komentar