Kamis, Februari 11, 2016

Harapan



Harapan itu sesuatu yang benar-benar memiliki kekuatan ajaib. Ia mampu membuat manusia bersemangat menjalani hidup. Namun terkadang ia mampu melemahkan dan menumbangkan manusia itu sendiri. Ada yang bilang “gak usah berharap yang muluk-muluk dalam hidup”. Tapi bukankah jika kita tak punya harapan kita tak bisa hidup, tak ada semangat dalam menjalani hidup. Karena harapan itu sendiri adalah bagian dari fitrah seorang manusia yang tak mungkin bisa ditinggalkan. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia yang tak memiliki harapan adalah manusia yang mati, karena dengan harapan manusia akan bisa lebih berkembang menjadi manusia yang lebih baik.

Tapi tentu Tuhan telah memberi rambu-rambu pada kita tentang harapan. Dalam kalam-Nya telah disebutkan bahwa kita manusia harus meletakkan harapan terbesar kita pada-Nya. Berharap pada-Nya adalah perintah-Nya, sehingga jika kita mendapat masalah atau ujian dan sudah mentok alias sudah susah ketemu jalan keluar kita tak berputus asa karena kita masih punya Dia dzat Yang Maha Segala. Dengan kita memiliki harapan berupa keyakinan Dia akan menolong kita, tentu semua beban masalah akan terasa sedikit berkurang. Yang penting kita tak lupa melakukan tiga hal agar harapan itu tak sekedar harapan kosong, yaitu berusaha, berdo’a dan bertawakal atau berserah diri pada-Nya.


“Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan hidup dan yang paling pahit ialah berharap pada manusia.”(Ali bin Abi Thalib)

Kutipan tersebut sempat menampar keras saya, karena kenyataan yang pernah saya hadapi benar seperti itu. Saya menyadari bahwa kekecewaan yang saya alami adalah akibat dari hati yang masih menaruh harapan lebih besar pada manusia. Berharap berlebih pada manusia adalah awal dari semua kekecewaan. Kita tentu tahu bagaimana manusia, mereka punya hati yang mudah berubah. Hari ini mereka menyayangi kita, bisa saja esok mereka mengabaikan bahkan membenci kita. Kita tak perlu menggantungkan harapan besar pada mereka, secukupnya saja. Jangan pula terlalu bergantung pada mereka, karena kapan saja mereka bisa pergi tanpa kita bersiap-siap untuk ditinggalkan. Tentu sakit bukan jika mereka yang kita harapkan menyayangi kita berubah jadi benci atau meningglkan kita. Tetapi jika dari awal kita hanya menggantungkan harapan terbesar kita hanya pada Pencipta kita, tentu tak ada kekecewaan yang begitu dalam. Semoga hati kita termasuk hati yang selalu berharap pada-Nya, serta kita selalu dalam rahmat dan ampunan-Nya.



~Semoga Bermanfaat~

0 komentar:

Posting Komentar