Minggu, Juni 05, 2016

Kutemukan Jawaban "Pernikahan itu Tentang Keyakinan"

Tulisan ini saya repost dari FP Halaqoh cinta yang saya ikuti.
Sekedar ingin membagi sedikit ilmu untuk kalian yang masih bingung ataupun belum yakin juga untuk menikah di saat umur sudah matang dan sudah ada beberapa orang yang mengutarakan niat baiknya untuk mengajakmu menikah. Namun ada beberapa hal yang kau resahkan dan galaukan soal pilihan tentang pendampingmu nanti. Mungkin Tulisan ini bisa membuka pikiran kita semua tentang pernikahan yang sebenarnya. (Termasuk saya yang masih belum juga menikah :D)

[SURAT TERBUKA UNTUK PEREMPUAN]

Oleh: Bang Syaiha


Seorang teman di dunia maya mengirimi saya sebuah pesan singkat, katanya: “Bang Syaiha, saya seorang perempuan yang sudah dewasa. Sudah cukup usia untuk menikah tapi belum juga menemukan jodoh yang tepat.
Nah, belakangan ini, ada seorang lelaki yang getol sekali menghubungi saya, mengajak saya menikah.”
Saya pelan-pelan membacanya, mencoba memahami. “Saya bingung. Apakah saya harus menerima pinangan dia, atau menolaknya? Soalnya, saya tidak memiliki perasaan apapun padanya. Terlebih lagi saya tahu, bahwa lelaki itu memiliki kekurangan (maaf, saya tak sebutkan kekurangan si lelaki) dan saya tak bisa menerimanya.”
Saya memang sering menulis tentang perasaan lelaki dan perempuan, sering menulis tentang hubungan pernikahan, juga tak jarang tentang dilarangnya pacaran. Karena hal inilah, mungkin, teman saya ini menganggap saya adalah orang yang bisa dimintai pendapat.
Menanggapi pertanyaan itu, saya kemudian berpikir sejenak, mencari jawaban yang tepat. Hingga saya
sampai pada sebuah kesimpulan sederhana. Keyakinan.
“Mbak..” saya membalas pesan singkatnya, “menurut saya, untuk menikah itu nggak melulu harus saling
cinta mencintai. Banyak kok pasangan suami istri di luar sana yang menjalani biduk rumah tangga mereka tidak diawali dengan cinta. Tapi mereka bahagia, beranak pinak, dan sejahtera. Hidup mereka diliputi
keberkahan. Mengapa bisa demikian? 

Karena cinta itu bisa tumbuh subur justru setelah menikah.”
“Yang kedua, di dunia ini nggak ada yang sempurna, semua punya kekurangan. Dan kalau mbak mencari
pasangan yang sempurna, kaya raya, ganteng, sholeh luar biasa, dan keturunan baik-baik, saya takutnya
malah mbak tidak akan menemukan. Dan lagi, maaf, jika pun ada, apakah lelaki itu akan memilih mbak? Belum tentu.
Jadi, inti pernikahan itu adalah penerimaan. Bersyukur atas kelebihan yang ada di pasangan kita, dan bersabar menerima kekurangannya. Sabar dalam artian terus berbenah menjadi lebih baik, sekuat tenaga
meminimalisir kekurangan itu.”
“Dan yang terakhir, apakah mbak harus menerima atau menolaknya? Tentu, semua keputusan ada di tangan
mbak. Pernikahan adalah sebuah momen sakral yang terjadi sekali seumur hidup. Maka jangan gegabah
memutuskannya. Pikirkan matang-matang, baik dan buruknya, dan lain-lain.”
“Menikah adalah tentang keyakinan sadar tanpa paksaan, bahwa mbak yakin mampu menghabiskan sisa hidup mbak bersama lelaki yang mbak pilih. Menikah adalah tentang keyakinan sadar tanpa paksaan, bahwa mbak pasti berbahagia jika menerima pinangannya.Menikah adalah tentang keyakinan sadar, tanpa paksaan, bahwa mbak dan calon suami pasti mampu membina bahtera rumah tangga yang tak melulu suka, ada duka juga disana. Menikah adalah tentang keyakinan.”
“Jadi, kalau mbak yakin, ya terima saja. Tapi kalau tidak yakin, ya ditolak saja. Dan untuk menemukan keyakinan itu, shalat istikharah lah mbak. Hanya Allah yang maha mengetahui baik dan buruknya urusan kita.”
Demikian...


*Semoga Bermanfaat buat para Akhwat yang masih sering bingung sama pilihannya :)



0 komentar:

Posting Komentar