Adalah hujan, pemandangan yang
setia tampak di setiap hari di bulan kedua tahun ini. Dia sering datang
ditemani angin sepoi-sepoi bahkan angin kencang hingga menjadi badai. Terkadang
menumbangkan pepohonan di tepi jalan dan membuat kemacetan panjang di antara
para pengendara yang sedang buru-buru mengejar waktu aktivitas mereka.
Adalah hujan, pemandangan yang
selalu aku nikmati di balik pintu kaca dimana aku beraktivitas seharian bersama
tumpukan pekerjaan seorang karyawan. Beberapa kali ia datang begitu lebat atau sesekali hanya
rintikan air yang sekilas terlihat seperti hujan salju pertama bagiku.
Di antara hujan, aku selalu
merasa Tuhan akan mendengar semua harapku, bahkan aku akan selalu meyakini Dia
akan mengabulkannya. Di antara hujan, aku menjadi makhluk paling tak tahu malu
terkadang. Meminta-Nya begitu banyak hal, untuk seorang aku yang bahkan tak
pernah memberi-Nya hal-hal terbaik dalam hidupku. Meminta pada-Nya ampunan sebanyak
air hujan yang jatuh ke bumi namun takut berjanji takkan mengulaninya lagi,
karena mungkin sesekali aku mungkin akan melakukannya lagi.
Lantas di antara tumpukan doa
itu, aku sebutkan namamu (dibaca: Jodoh). Kebahagiaan yang paling aku
cita-citakan saat ini. Aku tahu bertemu denganmu takkan hanya menjadikanku
bahagia, tapi akan selalu sepaket dengan cobaan dan deritanya. Sesuatu yang
mengganggu tiap hariku namun aku harus menutupinya di antara lebih banyak
nikmat yang Tuhan berikan padaku.
Diantara hujan, apakah kau juga
menyebutkan namaku? Apa langkah kita semakin dekat satu mil? 1 kilometer? Atau bahkan
hanya beberapa meter dari tempatku berdiri?
Hidupku memang tak selalu
tentangmu, namun yakinlah akan selalu ada kau dalam tumpukan doaku. Bersama turunnya
hujan, kau juga setia mengganggu damai nya tarikan nafasku.
0 komentar:
Posting Komentar