Sabtu, Februari 11, 2017

Tumpukan Doa di antara Hujan

 

Adalah hujan, pemandangan yang setia tampak di setiap hari di bulan kedua tahun ini. Dia sering datang ditemani angin sepoi-sepoi bahkan angin kencang hingga menjadi badai. Terkadang menumbangkan pepohonan di tepi jalan dan membuat kemacetan panjang di antara para pengendara yang sedang buru-buru mengejar waktu aktivitas mereka.

Adalah hujan, pemandangan yang selalu aku nikmati di balik pintu kaca dimana aku beraktivitas seharian bersama tumpukan pekerjaan seorang karyawan. Beberapa kali ia  datang begitu lebat atau sesekali hanya rintikan air yang sekilas terlihat seperti hujan salju pertama bagiku.

Di antara hujan, aku selalu merasa Tuhan akan mendengar semua harapku, bahkan aku akan selalu meyakini Dia akan mengabulkannya. Di antara hujan, aku menjadi makhluk paling tak tahu malu terkadang. Meminta-Nya begitu banyak hal, untuk seorang aku yang bahkan tak pernah memberi-Nya hal-hal terbaik dalam hidupku. Meminta pada-Nya ampunan sebanyak air hujan yang jatuh ke bumi namun takut berjanji takkan mengulaninya lagi, karena mungkin sesekali aku mungkin akan melakukannya lagi.

Lantas di antara tumpukan doa itu, aku sebutkan namamu (dibaca: Jodoh). Kebahagiaan yang paling aku cita-citakan saat ini. Aku tahu bertemu denganmu takkan hanya menjadikanku bahagia, tapi akan selalu sepaket dengan cobaan dan deritanya. Sesuatu yang mengganggu tiap hariku namun aku harus menutupinya di antara lebih banyak nikmat yang Tuhan berikan padaku.

Diantara hujan, apakah kau juga menyebutkan namaku? Apa langkah kita semakin dekat satu mil? 1 kilometer? Atau bahkan hanya beberapa meter dari tempatku berdiri?
Hidupku memang tak selalu tentangmu, namun yakinlah akan selalu ada kau dalam tumpukan doaku. Bersama turunnya hujan, kau juga setia mengganggu damai nya tarikan nafasku.


 

0 komentar:

Posting Komentar