Sabtu, Mei 07, 2016

"Akhir Cerita"

Bisa aku sebut ini sebagai akhir cerita, namun entah menurut Tuhan bagaimana. Tokoh "pelangi" yang selalu aku sebut dalam doa, aku tulis dalam catatan harian,  blog, dan social media lainnya kini harus aku lupakan. Lebih tepatnya aku harus mengikhlaskan.
Aku tahu kamu, meski bukan 100% mengenalmu. Jauh-jauh hari bahkan hal ini yang paling aku takutkan akan terjadi, dan akhirnya terjadi juga di bulan April lalu. Padahal aku selalu berharap aku bisa menemani semua perjuanganmu, namun kamu memilih berjuang sendiri tanpa aku. Aku tahu itu sangat berat untukmu.
Terkadang alasanmu terlihat klise, namun aku benar-benar tidak ingin membebanimu.
Aku tak ingin menggenggammu erat hanya untuk kepuasan hatiku. Aku mencintaimu lebih dari itu, aku ingin kamu bisa mencapai semua impian yang sudah kau rancang selama ini, meski itu harus mengesampingkan aku dan "membuangku". Tenang, aku masih berdoa yang baik-baik untukmu, aku tak ingin perjuanganmu itu sia-sia.
Sesekali sapalah aku dalam mimpiku, sebagai pengobat rindu ku padamu yang terkadang muncul dan sebagai pengingat untukku bahwa kamu hanya mimpi, ya sebatas mimpi.
Kata orang, "Seperti merasa kehilangan meski tak pernah memiliki", aku juga merasakan itu. Setelah kamu pergi aku bahkan juga merasa aku seperti bukan apa-apa, sedikit tak berharga, dan aku bukan siapa-siapa. Perasaan-perasaan aneh itu terkadang menggangguku.
Aku ingat, aku mulai meyakini. Apa yang hilang, dan kita ikhlas, Allah akan gantikan dengan yang lebih baik. Menangis boleh, karena kita manusia yang dikarunia hati yang bisa merasakan. Terlebih wanita, mereka yang memiliki perasaan yang lembut akan mudah menangis jika disakiti.

0 komentar:

Posting Komentar