Minggu, Maret 30, 2014

Apakah Dia?

Hari itu tak pernah terencana jauh-jauh hari sebelumnya. Malam itu aku memang berencana keluar rumah untuk meminjam sebuah novel yang telah dijanjikan temanku Zulia sebelumnya, serta dia sekalian mengajakku keluar untuk membeli sebuah kado untuk temannya yang akan merayakan ulang tahunnya.

Aku masih berada dirumah sambil menunggu kedatangan Zulia yang katanya mau menjemputku. Disela-sela waktu iku, aku mendapatkan pesan dari seseorang bernama "Hadi". Dia adalah orang yang baru aku kenal sekitar tahun lalu Di acara pernikahan seorang teman smp ku.
Dia adalah teman dari temanku yang mengajakku ke acara itu bersama. Entah bagaimana si Hadi mulai meminta nomer Hp ku dari temanku tadi, dan akhirnya kami cukup sering berkirim pesan singkat. Pernah suatu hari Hadi bercerita tentang motor-nya yang baru, aku hanya berkata ikut senang akan kebahagiaannya, dan aku menggodanya dengan candaan meminta traktian darinya untuk motor barunya itu. Dia hanya bilang kapan-kapan jika gajiannya sudah keluar. Aku hanya mengiyakan tanpa terlalu berharap itu akan benar-benar ditepati.

Malam itu dia berniat menepati janjinya waktu itu lewat pesan singkatnya. Aku dengan sangat entengnya mengiyakan saja, dengan pertimbangan mumpung aku bisa keluar dan ada seorang teman perempuan yang mau menemaniku. Dalam perjalanan menuju tempat aku dan hadi janjian, aku bercerita tentang Hadi pada Zulia. Sesampainya di kedai es jus kita janjian itu, aku belum melihatnya duduk disana. Namun itu tak membuat aku dan Zulia mengurungkan niat untuk masuk ke kedai itu. Zulia memintaku untuk duduk duluan saja, dan aku tentu mengiyakan saja. Kami juga memesan minuman duluan.

Selang beberapa menit, ditengah obrolan asyikku bersama Zulia. Ada suara motor dan sorotan lampu motor dari luar kedai  itu terlihat, dalam hati aku menebak itu pasti dia. Perasaan dan jantungku mulai merasa bergetar lebih kencang. Aku mulai menarik nafas dan berusaha tenang, sambil menyambutnya dengan senyuman dan mempersilakan dia duduk, ini kulakukan untuk menghargai seorang teman yang baru ku kenal dan ingin menraktirku.

Dalam pikiranku, aku terus berusaha membuka topik pembicaraan. Aku tak mau hanya mendiamkannya seperti pengalaman-pengalaman terdahulu saat bertemu orang baru aku menjadi pendiam dan tak menyenangkan. Itu kesan pertama orang-orang baru yang pernah aku temui dulu.

Sepertinya usahaku ini cukup berhasil, aku menjadi cukup aktif bicara disitu, sampai-sampai Zulia menggodaku, sambil menatap Hadi Zulia berkata bahwa aku menjadi orang yang sangat cerewet baru malam ini saat bertemu Hadi. Dalam hatiku rasa malu mulai muncul dan membuatku segera mengelak atas semua itu dan mencoba menjelaskannya pada Hadi.

Hadi menjadi lebih pendiam di tempat itu, entah mungkin karena dia hanya sendirian karena tak ada teman laki-laki lainnya disitu. Kadang tiba-tiba suasana menjadi hening karena kami sudah kehabisan topik pembicaraan. Sesekali Zulia mulai menggoda kami agar kami berbincang-bincang bebas dan dia tak akan mengganggu, namun aku hanya tersenyum kecut dan malu. Ini bukan suasana yang baik untuk posisiku, dalam hati aku bergumam. Perasaan kikuk juga terus berusaha membuatku diam dan terasa kalau aku sedang salah tingkah. Mengusap-usap tisu di meja adalah kelakuan yang tak sengaja mungkin ditimbulkan oleh ke-grogianku. Aku melakukannya cukup sering, dan akhirnya Hadi mulai menyindirku dengan kelakuanku itu, dan sedikit bercanda dengan menyuruhku membersihkan mejanya yang kotor karena sisa minuman yang sempat tercecer di mejanya.

Sesekali kami tak sengaja saling memandang dan ketika sadar kami berusaha mengalihkan pandangan kami. Ini seperti pertemuan seorang cewek dan cowok yang sedang jatuh cinta di dalam sinetron, dalam hatiku berkata sambil merasa ingin tertawa karena tingkah lucuku itu. Namun aku tak berani tertawa, hanya menyimpannya dalam hati.

Sejam ternyata telah berlalu, karena takut pulang terlalu malam, aku dan Zulia memutuskan untuk pamit pulang segera dan Hadi mengiyakan seperti merasa lega telah melalui suasana yang membuat cukup kikuk itu.

Dalam perjalanan pulang Zulia terus menggodaku dengan pertanyaan dan pernyataan positif tentang Hadi. Dia seperti mendukungku andai pilihan itu jatuh pada seorang laki-laki bernama Hadi, dan sepertinya Zulia tau akan keadaanku yang sering sedih dan susah melupakan seseorang di masa lalu yang juga pernah aku kenalkan pada Zulia. Yang Zulia tau seseorang di masa lalu itu terlalu sering membuatku kecewa, meski memang orang itu yang juga membuatku bahagia. Zulia selalu heran kepadaku, kenapa aku tetap saja mengharapkan seseorang seperti itu, sementara banyak orang diluar sana yang lebih baik dari pada dia.
Aku selalu menjawab tidak tahu atas keheranan Zulia itu, sampai sekarangpun aku tak pernah bisa menjawabnya.

Sungguh aneh, perasaan bahagia itu terus menggelayuti perasaanku malam itu. Dengan sedikit memberontak pada perasaanku sendiri, dan membuatnya terasa biasa saja terua aku lakukan di malam itu. Aku pun terus berharap ini bukan perasaan "Jatuh Cinta" yang kata mereka itu indah. Aku merasa belum siap merasakan perasaan itu. Dan di malam itu aku terus bergumam dalam hati, "Apakah Dia?"

0 komentar:

Posting Komentar