Tidak lagi... sudah berlalu
berminggu-minggu lalu, kesedihan itu tak seharusnya masih bersemayam dalam
hati. Aku tak pernah ingin menyimpan penyesalan. Aku yakin yang ku lakukan
telah benar. Aku melindungi hatiku dari kekecewaan, aku memenangkan keyakinanku
akan janji-Nya, aku merelakannya yang belum pasti kan bersamaku dalam kehidupan
baru tuk sempurnakan agamaku kelak.
Aku tak pernah bermaksud
menjauhimu karena benci pernah kau kecewakan, aku hanya melindungi hatiku yang
lemah karena rasa yang kusimpan dalam hati dengan rapi. Aku memaksa tuk menjaga
jarak ini agar perasaan dalam hati ini tak semakin berat. Tak ku sadari semakin
lama aku menaruh harapan besar yang indah antara kita, saat kita selalu
bercanda. Aku lupa akan pentingnya jarak diantara kita demi kesucian dan
ketenangan hati dan perasaan kita masing-masing. Aku tak pernah memaksamu untuk
mengerti semua ini. Suatu saat nanti kau pasti kan mengerti. Tak lupa selalu
kuselipkan doa disela malam saat aku teringat olehmu.
Namun kadang sebuah “ragu”
sedikit demi sedikit meruntuhkan keyakinanku. Ada perasaan ragu andai aku akan
menyesal jika kehilangannya, aku takut dia akan membenciku, dan prasangka buruk
lainnya di hari kedepan nanti menyelimuti hati. Terus dan lagi aku coba
menghalau semua keraguan itu. Tak kubiarkan syetan yang licik meruntuhkan
hatiku yang selalu kujaga. Amantu billah, amantu billah... coba kuresapi dengan
dalam kalimat itu.
Sesekali ku sadar dan
beristighfar pada-Nya. Kenapa aku harus meresahkan masa depan sementara Allah
telah tetapkan cerita untuk setiap kita? Dia yang lebih tau mana yang terbaik
untukku. Tak pantas bagiku terlalu
banyak ikut campur urusan yang telah ditetapkan-Nya. Aku hanya perlu
berusaha dan meyakini-Nya.
“ Ya Allah sang Penggenggam
hati, ringankanlah rasa dihatiku ini. Tanamkanlah keyakinan yang kuat akan
janji-Mu di hatiku ini. Dan tanamkanlah keikhlasan dalam hati yang sempat
kecewa akan manusia.”
0 komentar:
Posting Komentar