Sabtu, Maret 05, 2016

Nge-Trip Berbuah Hikmah Perjalanan

Kegiatan nge-trip akhir-akhir ini begitu sangat populer di kalangan anak muda. Seperti yang terjadi di sekitar saya, setiap liburan tiba saat akhir pekan ataupun libur nasional mereka menyusun rencana melakukan perjalanan liburan. Dari tempat wisata yang ada di dalam kota, sampai keluar kota. Terkadang perjalanannya ditempuh dengan mengendarai motor jika sekiranya masih bisa di jangkau dengan lama perjalanan sekitar 1-2 jam, sesekali mereka sengaja menyewa mobil dan melakukan perjalanan cukup panjang sampai seharian penuh.

Entah istilah nge-trip itu mulai beken di kalangan masyarakat sejak kapan, kalau menurutku sih sejak ada acara “My Trip, My adventure” yang tayang setiap akhir pekan di salah satu stasiun tv nasional, setiap minggunya acara itu mengeksplor keindahan wisata alam yang dimiliki Indonesia yang kebanyakan masih jarang di jamah wisatawan dan dengan berbagai jenis medan perjalanan yang terkadang cukup ekstrim untuk mencapainya. Tantangan seperti itu lah yang membuat acara mereka semakin seru untuk di tonton. Selain itu bagi para jiwa-jiwa petualang, seakan terpanggil jiwa nya untuk juga mencoba dan merasakan keseruan perjalanan menuju destinasi wisata alam tersebut.

Ada yang bilang “nge-trip dong biar kekinian”. Tapi kalo nge-trip nya hampir tiap minggu tanpa mikirin keadaan finansial kita ya bisa bahaya di akhir bulan. Hayo yang paling rindu sama gajian para buruh berseragam,haha... Termasuk saya sih. Hehe...
Menurut pengalaman saya sih seperti itu, sering sekali ada yang ngajakin jalan-jalan lah untuk sekedar hunting foto ataupun emang dengan tujuan menikmati keseruan perjalanan menuju destinasi wisata yang tersembunyi dengan banyak medan menantang.
Salah satu pengalaman saya yang cukup bikin saya geleng-geleng kepala sambil bilang “wah nekat ini” adalah saat perjalanan menuju air terjun Sumenep yang berada di kecamatan batealit jepara. Jalanan bebatuan yang licin harus kami lewati, namun masih bisa mengendarai motor untuk melewati jalan itu, hanya saja memang sangat perlu berhati-hati.

Setelah sampai di parkiran motor untuk selanjutnya kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki karena medan jalannya berupa jalan setapak kecil khas pegunungan dengan tebing dan jurang di kanan kiri kami. Beberapa saat kami memarkir motor kami, hujan deras mengguyur kami. Aku cukup panik, tapi bersegera ku pakai jas hujan yang tersimpan di jok motorku. Beberapa teman harus berbagi jas hujan, karena tak semuanya membawa jas hujan. Jas hujan bentuk kelelawar itu di gunakan untuk memayungi diri sampe sekitar 4 orang.

Meski hujan deras, mereka ngotot melanjutkan perjalanan karena memang sudah setengah jalan, dan sayang banget aja kalau harus kembali. Dengan sedikit khawatir sebenarnya aku melanjutkan perjalanan tersebut. Aku sedikit membayangkan betapa licinnya jalan tanah merah itu yang terkena air hujan. Dan memang benar, sering ada yang terpeleset hingga jatuh saat medan menanjak maupun menurun, namun para teman laki-laki yang sedari awal siap mengawal para perempuan itu sigap menolong maupun mengulurkan tangannya untuk berpegangan.

Beberapa orang terpisah jauh dibelakangku, namun tetap ada teman laki-laki yang mengawal mereka para perempuan yang tertinggal. Perjalanan itu berlangsung hampir sekitar 30an menit dengan perjuangan yang cukup berat bagiku, dan tanpa istirahat sejenak. Hingga ketika sampe di air terjun yang dimaksud aku duduk dan berdiam diri cukup lama sambil melemaskan otot kaki yang kejang.

Dalam diamku tiba-tiba aku berpikir sesuatu, selain mengagumi keindahan alam yang diciptakan sang Maha Pencipta juga ada pikiran yang tiba-tiba terlintas dalam benakku saat melihat begitu banyak anak muda dan mudi di area sekitar air terjun itu. Mereka yang masih muda dan di karuniai tenaga yang masih cukup untuk melakukan perjalanan seberat ini terkadang merasa begitu berat untuk melangkahkan kakinya ke masjid, melakukan solat tahajud di sepertiga malam, atau membaca al-qur'an berlama-lama. Begitu juga dengan diriku yang masih sering merasa malas melakukan ibadah-ibadah itu yang sebenarnya lebih ringan dari perjalanan hari ini. Segera diri ini ber-istighfar berkali-kali dengan lirih. Beberapa temanku yang melihatku diam dengan wajah sedikit kelelahan memanggilku, “ayo ikut ke bawah air terjun”. Namun aku masih merasa lemas dan memutuskan diam saja sambil terus ber-istighfar.

Sampai pada akhirnya mereka bersepakat kembali ke tempat parkir motor dan aku dipaksa ikut berfoto beberapa kali sebelum beranjak pergi. Aku mengiyakan dengan perasaan semangat karena akhirnya kami akan pulang,hehe..
Diperjalanan pulang, setelah sekitar 10 menit perjalanan aku aku mulai kelelahan dan memilih duduk sebentar. Aku memohon pada teman-teman di belakangku untuk menungguiku sebentar karena rasanya aku hampir kehabisan nafas. Untung mereka sabar dan mau menungguiku,hehe...maklum aku gak hobi melakukan perjalanan berat begini dan jiwaku kayaknya bukan jiwa-jiwa petualang. 

Setelah merasa cukup punya tenaga aku melanjutkan perjalanan, saat hampir sampai di parkiran motor kami, beberapa kali kakiku tiba-tiba keram dan akhirnya aku menghentikan perjalanan. Temanku segera memijat dan melakukan sedikit penekanan pada kakiku yang keram. Beberpa saat akhirnya kakiku terasa normal. Beberapa menit kemudian setelah mampu berjalan lagi, tiba-tiba kakiku terasa keram kembali dan akhirnya aku duduk kembali dan temanku melakukan perawatan yang sama seperti ia lakukan tadi. Dan setelah membaik aku akhirnya bisa melanjutkan perjalanan sampai ke tempat parkiran itu. Dan dengan membawa sisa-sisa kelelahan kami dan kaki kami yang mulai terasa kaku akhirnya kami pulang mengendarai motor dan alhamdulillah sampai rumah dengan selamat.

Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan kesempatan untuk menikmati dan mensyukuri indahnya bumi ciptaan-Nya, serta memberikanku satu hikmah perjalanan yang membuatku sadar akan kurangnya diri ini di hadap-Nya. “ Maka nikmat Tuhan mu yang mana lagikah yang kau dustakan?”.

~SEMOGA BERMANFAAT~

0 komentar:

Posting Komentar