Senin, Oktober 17, 2016

Hanya Hening

Sumber: Google.com
Waktu menunjukan pukul 07:41:55 di layar komputer saat aku mulai memasukan id karyawan untuk absen pagi. Waah...ini mungkin terlalu pagi. Memang benar, karyawan lain belum ada yang sampai kantor.
Hening, namun diluar suara kendaraan tetap bising.
Saat aku mulai menyapu ruang kantorku hampir setengah ruangan, akhirnya satu persatu karyawan lain baru mulai berdatangan. Mereka mulai sibuk membersihkan yang lain. Setelah semua selesai, kami berdoa. Dalam sela-sela doa yang hening, aku menahan air mata. Aku berharap ia tak jatuh. Kuhirup udara dalam-dalam dan aku keluarkan perlahan agar tak terdengar yang lain.


Saat beberapa pekerjaan telah selesai dan tak ada lagi yang bisa ku kerjakan, aku membuka Smartphone ku dan menulis beberapa catatan, sembari mengecek beberapa catatan yang mungkin aku lupakan. Ada satu catatan yang aku hapus, semacam catatan hutang seseorang padaku karena kemarin sudah sempat dilunasinya.


Brifing pagi yang di pimpin manajer kantor dimulai. Suasana tetap hening dengan suaranya yang rendah. Otakku mulai hening, sesekali kupandangi lalu lalang kendaraan di jalan raya yang cukup ramai di pagi seperti ini. Yang aku dengar hanya “Silahkan melanjutkan aktivitasnya”. Kata manajerku.

Hari itu memang ada satu karyawan yang izin tak masuk kerja. Dan ketiadaannya membuat suasana kantor semakin tambah hening. Biasanya beliau yang membuat suasana kantor menjadi hidup karena ocehannya, suaranya menelpon orang atau candaannya yang berlebihan terkadang. Ah,, hari ini aku semakin hening.

Setelah jam 9, para pekerja lapangan mulai meninggalkan kantor. Kau pasti tahu ini menambah keheningan. Aku dan 2 orang lainnya yang berada di kantor duduk dengan di selimuti keheningan. Kami mencoba sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing. Sesekali ku cek Smartphone ku, apa ada pesan masuk dari semua social media ku.

Kepalaku masih terasa pening, dan sesekali kupejamkan mata sampai dahiku mengkerut. Seperti sebuah usaha menghilangkan sakit sejenak, dan agar sakitku menjadi hening. Hanya beberapa detik berhasil, namun terasa lagi.

Aku benar-benar butuh sendirian saat itu. Namun sayang, aku bersampingan dengan seseorang waktu itu. Aku berharap waktu segera menunjuk pada angka 12. It means that break time.

Waktu benar-benar berjalan lambat hari itu, dan penuh dengan keheningan. Aku berkali-kali melihat jam tanganku. Harus berapa lama lagi aku menunggu jam 12.

Aku meletakkan Smartphone ku kembali dimeja dan melempar pandanganku ke jalan raya depan kantorku. Sesekali jalanan juga menghening, meski hanya beberapa detik. Aku merasa mereka semua yang di sekitarku hari itu kompak menjadi hening, atau itu cara mereka menghiburku yang butuh keheningan.

0 komentar:

Posting Komentar