“
Yeah I Think about the end just way too much
But
it’s fun to fantasize...
On
my enemies I woudn’t wish who I was
But,
it’s fun to fantasize
Oh..oh..
I’m falling so I’m taking my time on my ride
Oh..oh..
I’m falling so I’m taking my time on my ride
taking
my time on my ride”
(Ride by twenty one pilots)
Lagu itu mengalun keras di telingaku
melalui handsfree yang ku pasang di telinga untuk mendengarkan mp3 ini
dari smartphone ku.
Aku mendapat ide menarik dari sahabatku untuk menumpahkan kekesalan dan tangis yang harus tertahan. Berkendara sepanjang jalan sampai lupa waktu, menangis sesukamu sampai kau lega. Ini malam hari, dan orang-orang pasti takkan ada yang melihatmu menangis. Hey, itu terdengar menyenangkan. Aku mulai beranjak dari tempat tidurku, tapi kepalaku pening, flu ku semakin menjadi. Aah...sial, badan ini mengajakku tetap berada di kasur yang sudah tak empuk lagi ini.
Aku mendapat ide menarik dari sahabatku untuk menumpahkan kekesalan dan tangis yang harus tertahan. Berkendara sepanjang jalan sampai lupa waktu, menangis sesukamu sampai kau lega. Ini malam hari, dan orang-orang pasti takkan ada yang melihatmu menangis. Hey, itu terdengar menyenangkan. Aku mulai beranjak dari tempat tidurku, tapi kepalaku pening, flu ku semakin menjadi. Aah...sial, badan ini mengajakku tetap berada di kasur yang sudah tak empuk lagi ini.
Aku protes pada Tuhan, aku mulai kesal. Aku
tertawa, tak keras. Hanya tawa semacam senyum lebar yang memperihatkan gigi
depanku. It’s Okey sayang.
Izinkan aku memotong peta takdir ini Tuhan.
Izinkan aku bertemu dengan ia yang engkau jodohkan untukku di dunia dan
akhiratku tanpa harus bertemu orang yang salah lagi. Aku lelah, aku ingin
mengeluh sekali ini saja. Aku tak ingin mencipta terlau banyak cerita indah dengan
banyak orang. Aku sangat susah memulai, apalagi mengakhiri. Aku harus memulai
lagi? Dengan pagi yang baru lagi? Dengan minggu yang baru lagi? Dengan bulan
yang baru lagi? Dengan sosok yang baru lagi?
Maafkan aku Tuhan. Aku sedang emosional,
Engkau pasti mengerti aku. Maafkan aku Tuhan, aku tak bermaksud begitu. Aku
tahu Tuhan, selalu ada dua alasan untuk sebuah pertemuan yang menghadirkan
hati. Pelajaran hidup atau pendamping hidup.
Aku mengerti, mungkin ini waktuku
kembali menata rinduku pada-Mu. Waktuku memaknai pagi yang baru. Waktuku
memaknai cinta pada keluargaku. Waktuku memaknai persahabatan yang ku harap
terjalin selamanya. Dan waktuku memantaskan diri bertemu dengannya yang aku
yakini akan segera dikirim untuk menemani hidupku oleh Tuhan untukku.
Maafkan aku Tuhan, jika memang aku tak
bisa memotong peta takdir ini, berilah aku hati yang baru, yang lebih
mencintai-Mu dan banyak bersyukur pada-Mu. Aamiin...
Dia mengusap dahiku dengan lembut saat aku menutup
mataku dan berpura-pura tidur, hanya untuk memastikan badanku tak demam, dan
memijat telapak kakiku yang dingin. “Sehat...sehat...gak usah banyak pikiran.”
Bisiknya, malaikat baik hati dari Tuhan, yaitu Ibu.
0 komentar:
Posting Komentar